Perang Iklan

Masih ingat beberapa tahun yang lalu ketika produk minuman kesehatan panas dalam yaitu Adem sari beriklan dengan menyindir produk saingannya ? Adem sari berhasil menemukan kelemahan saingannya yaitu pada slogan kemasannya yang berbunyi “mencegah panas dalam”. Adem sari sukses mendoktrin massa bahwa produknya tidak hanya mencegah tetapi juga mengobati panas dalam. Namun saingan Adem sari tersebut tampaknya adem ayem aja tidak bergeming, bahkan hingga hari ini slogan kemasannya tetap seperti itu (Kemarin abis panas dalam jadinya tau).

Itu dulu, nah sekarang lebih seru lagi karena pihak yang bersaing saling balas membalas. Iklan2 mereka tak jarang membuat kita senyum2 geli. Apalagi kalo bukan perang iklan antar operator telekomunikasi.

Pemicu peperangan ini dimulai oleh pihak Bakrie Telekom (BTEL) dengan produk andalannya Esia.

Beberapa bulan yang lalu, sekitar Maret – April 2007, XL sedang gencar-gencarnya promosi produk kartu Bebas yang diclaim irit karena tarifnya flat Rp.25/detik kesemua operator. XL boleh2 saja bilang begitu, namun tidak demikian dengan masyarakat. Masyarakat menuding ini adalah pembodohan missal karena ujung2nya tariff tersebut mencekik leher, bayangkan masa telpon local ke PSTN Rp1500/menit, 3 menit aja uda goceng dong. XL juga mendapat teguran dari BRTI karena tidak melaporkan promo ini.

Bersamaan dengan itu Hutchinson baru saja menjajaki peruntungan di Indonesia dengan produk 3, baca Tri. Hutchinson (HCPT) menggelar promo isi pulsa gratis 3x lipatnya yang ternyata juga menuai protes dan kecewa lantaran pulsa tri terbagi menjadi pulsa on-net dan off-net yang membingungkan konsumen.

Momentum ini jelas tidak disia-siakan oleh BTEL yang langsung saja mengeluarkan iklan Esia yang menyindir kedua hal diatas. Dalam iklan tsb produk Mentari dari Indosat tak luput dari sindiran.

Iklan Esia ini membuat operator yang kena sindiran maupun kaga ketar ketir dan mulai merencanakan sweat revenge.

Balasan datang dari Telkom dengan produk Flexy nya, dimana iklannya terdapat pria sedang mandi sambil menelepon lalu ada jam kukuk yang belum 1 jam sudah mati. Hal ini jelas2 menyindir Esia karena sering drop call sehingga seringkali pembicaraan terputus sebelum 1 jam.

Telinga XL dibuat panas, tetapi XLpun memperbaiki diri menurunkan tariff sesama XLnya menjadi Rp.10/detik sebelum melancarkan serangan balasan. Ga tanggung-tanggung 2 iklan digelar untuk membuat merah telinga operator lain. Iklan pertama yaitu Bebas yang menampilkan Ronald menyindir Esia dan Mentari (Rasanya sih ada lagi, cuma saya ga gitu jelas perhatiin iklan tsb). Iklan kedua ttg kartu Jempol dengan ikon Dik Doank menyikut Telkomsel yang mengharuskan kirim 100sms untuk gratis 100sms seolah2 harus kejar setoran.

Meski sekian banyak iklan yang menyindir Mentari dari Indosat, namun tampaknya Indosat belum bergeming. Iklan Indosat terakhir hanya iklan IM3 dengan ikon Titi Kamal hanya promosi begitu saja, tidak ada sindir sama sekali.

Perang iklan ini membawa dampak positif kepada konsumen karena selama ini tariff telekomunikasi di Indonesia mahal sekali sehingga operator akan saling bersaing, sikut menyikut, sodok menyodok untuk merebut konsumen. Dengan persaingan ini tariff kita harapkan akan terus turun dan banyak promo2 yang menguntungkan konsumen. Dan lagi kita bisa tertawa sejenak dengan iklan2 tersebut.

Kita nantikan iklan selanjutnya.